
oleh : Rahmat, S.Pd.
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ
“Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar.” [Al-‘Ankabut: 45]
Bagi Umat Islam, sholat merupakan perintah yang harus dilaksanakan, dalam kondisi apapun. Sebab dibalik sebuah perintah Allah, pasti ada keringanan yang menyertainya. Keringanan diberikan kepada umat Islam, apabila ditemui kesulitan dalam melaksanakan. Sebagai contoh, sholatnya orang yang sedang sakit karena tidak bisa berdiri, boleh dilakukan dengan cara duduk atau tidur, tergantung kondisi kesehatan saat itu.
Apa yang perlu diperhatikan agar sholat benar-benar menjadi pintu hidayah?
Pertama, ikhlas atas kehendak Allah. Sholat adalah perintah Allah langsung, dan semata-mata atas kehendak-Nya, bukan karena tersebab lain. Misalnya, ingin dipuji, ingin mendapat perhatian dari orang lain.
Kedua, Allah memberikan perintah kepada Rasulullah Muhammad SAW hanya berupa perintah. Semula sehari semalam lima puluh kali. Setalah berkonsultasi dengan para Nabi dan Rasul-Nya, Muhammad SAW mendapat keringanan menjadi lima waktu saja sekaligus dengan cara-caranya. Umat Islam harus melaksanakan sholat sesuai dengan tata cara yang Nabi Muhammad SAW mengerjakan sholat. Tidak boleh ditambah, tidak boleh dikurangi.
Ketiga, Tidak menunda-nunda waktu sholat. Rasulullah SAW memberi contoh agar sholat sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Sholat di awal waktu, disamping mendapatkan hidayah, juga mengajarkan kedisiplinan.
Keempat, khusuk dalam melaksanakan sholat. Dalam sholat, kita dituntut sebisa mungkin untuk mendirikannya dengan khusyuk. Sebab dengan khusyuk, amal ibadah kita akan diterima oleh Allah SWT, terhapus dosa-dosa kita, dan segala perilaku serta ucapan kita terjaga dari kemungkaran dan kefasikan. Khusyuk menjadi bukti keikhlasan seorang hamba.
Apabila kita memperbaiki empat hal ini, maka insya Allah sholat akan menjadi salah satu pintu hidayah terbesar di dunia, dan di akhirat menjadi penentu baiknya amalan kita.
أوَّلُ ما يحاسبُ بِهِ العبدُ يومَ القيامةِ الصَّلاةُ ، فإن صلُحَت صلُحَ سائرُ عملِهِ ، وإن فسَدت فسدَ سائرُ عملِهِ
“Amalan pertama seorang hamba yang akan dihisab pada hari kiamat adalah sholat, jika baik sholatnya maka baik pula seluruh amalannya, namun jika rusak sholatnya maka rusak pula seluruh amalannya.”
[HR. Thabarani dalam Al-Aushat dari Anas bin Malik radhiyallahu’anhu, Shohihut Targhib: 376]